Untuk @birulangit__ #DuetPuisi
Perempuan itu menatap jauh dari balik jendela.
Mata seolah berharap mampu menangkap satu sosok yang paling ditunggu jiwa.
Dulu, ia sebut laki-lakinya. Kini, kata mantan terselip didepannya.
Sebenarnya ia tau, tak akan ia dapati yang ia cari.
Tapi hati memaksa untuk tidak berhenti.
Sedang logika menyuruhnya tak mendengarkan hati.
Jika begini, hanya dia yang mampu menegahi logika dan hati yang berkelahi.
Bukan tidak mungkin, mendung yang ia rasa berganti cerah tak terhingga kala ia lihat ia lelakinya.
Cerau kesedihanpun mendadak sirna.
Kembalilah, pelukku merindukan tuannya.
Kamis, 13 November 2014
Perempuan dari balik jendela
Untuk @birulangit__ #DuetPuisi
Perempuan itu menatap jauh dari balik jendela.
Mata seolah berharap mampu menangkap satu sosok yang paling ditunggu jiwa.
Dulu, ia sebut laki-lakinya. Kini, kata mantan terselip didepannya.
Sebenarnya ia tau, tak akan ia dapati yang ia cari.
Tapi hati memaksa untuk tidak berhenti.
Sedang logika menyuruhnya tak mendengarkan hati.
Jika begini, hanya dia yang mampu menegahi logika dan hati yang berkelahi.
Bukan tidak mungkin, mendung yang ia rasa berganti cerah tak terhingga kala ia lihat ia lelakinya.
Cerau kesedihanpun mendadak sirna.
Kembalilah, pelukku merindukan tuannya.
Perempuan itu menatap jauh dari balik jendela.
Mata seolah berharap mampu menangkap satu sosok yang paling ditunggu jiwa.
Dulu, ia sebut laki-lakinya. Kini, kata mantan terselip didepannya.
Sebenarnya ia tau, tak akan ia dapati yang ia cari.
Tapi hati memaksa untuk tidak berhenti.
Sedang logika menyuruhnya tak mendengarkan hati.
Jika begini, hanya dia yang mampu menegahi logika dan hati yang berkelahi.
Bukan tidak mungkin, mendung yang ia rasa berganti cerah tak terhingga kala ia lihat ia lelakinya.
Cerau kesedihanpun mendadak sirna.
Kembalilah, pelukku merindukan tuannya.
Selasa, 11 November 2014
Petarung Jarak
Teruntuk @BiruLangit__ yang akhir ini sibuk. #DuetPuisi.
Rebah dalam gelap dengan boneka yang kau hadiahi masih kudekap.
Rebah dalam gelap dengan boneka yang kau hadiahi masih kudekap.
Aku merindukanmu wahai pemilik dada yang tegap.
Tempat dimana aku selalu bahagia kau sekap.
Berbagi cinta agar kelak kedalam hatimu ia mampu meresap.
Aku terlalu tak sabar untuk esok hari yang haru.
Dimana dua rindu bertemu padu.
Setelah sekian lama bertarung rindu dan waktu, hingga tak jarang didera sendu.
Ay, esok akhirnya dekap kita bisa bersatu.
Sela jemariku akan terisi lagi karena genggammu.
Malam ini.rembulan bersiul ceria.
Bintang memainkan irama serupa.
Jantungku, memacu detak-detak berirama.
Membentuk eufoni indah nan bermakna.
Mereka patut tahu, aku bahagia.
Kecintaanku padamu laki-laki yang membuatku memilih menjadi petarung jarak.
Tak satupun kubiarkan curiga mampu memihak.
Dan cintamu akan kembali untuk yang paling berhak.
Saat rindu semakin memacu debar, mengapa waktu seakan melamban?
Tak tahukah ia bahwa sudah terlalu banyak rindu yang ku simpan.
Untuk yang ku sayangi, aku tau kelak kau kan pergi lagi.
Meneruskan kepentinganmu lagi.
Dan aku menjadi petarung jarak lagi.
Aku menyayangimu. Dan tak mampu berhenti.
Tempat dimana aku selalu bahagia kau sekap.
Berbagi cinta agar kelak kedalam hatimu ia mampu meresap.
Aku terlalu tak sabar untuk esok hari yang haru.
Dimana dua rindu bertemu padu.
Setelah sekian lama bertarung rindu dan waktu, hingga tak jarang didera sendu.
Ay, esok akhirnya dekap kita bisa bersatu.
Sela jemariku akan terisi lagi karena genggammu.
Malam ini.rembulan bersiul ceria.
Bintang memainkan irama serupa.
Jantungku, memacu detak-detak berirama.
Membentuk eufoni indah nan bermakna.
Mereka patut tahu, aku bahagia.
Kecintaanku padamu laki-laki yang membuatku memilih menjadi petarung jarak.
Tak satupun kubiarkan curiga mampu memihak.
Dan cintamu akan kembali untuk yang paling berhak.
Saat rindu semakin memacu debar, mengapa waktu seakan melamban?
Tak tahukah ia bahwa sudah terlalu banyak rindu yang ku simpan.
Untuk yang ku sayangi, aku tau kelak kau kan pergi lagi.
Meneruskan kepentinganmu lagi.
Dan aku menjadi petarung jarak lagi.
Aku menyayangimu. Dan tak mampu berhenti.
Minggu, 09 November 2014
Bersamamu, Menjalani Semi.
#DuetPuisi Teruntuk @BiruLangit__
Sepeninggalmu, Ay.
Musim gugur terasa abadi
dalam sanubari.
Menggugurkan rindu
yang mestinya terobati.
Menjadikannya seperti daun kering,
terlepas dari genggaman ranting,
yang siap diterbangkan kepada angin,
Dan pergi sejauh-jauhnya ingin.
Ketiadaanmu, Ay.
Aku hanya mengenal hari tanpa mentari,
Hujan yang setelahnya tanpa pelangi.
Dingin. Dengan sepi, aku gigil.
Kini kamu kembali,
Bersama semi dan seranting hati,
yang tidak utuh dan rapuh.
Bersamaku, kanku rawat selayaknya pohon rindu.
Berjanjilah, Ay.
Jangan lagi pergi.
Biar saja musim yang berganti.
Tapi tidak dengan penghuni hati.
Jumat, 07 November 2014
Terbanglah, Cinta
Di atas pasir pantai yang putih kita pernah mengukir janji.
Sehidup semati, menjadikannya abadi.
Dan menyematkan rindu sebagai hiasan.
Aku yang terbuai indahnya ucap, hingga lupa jika ukiran pasir tak mengenal abadi.
Hingga menyaksikan sendiri, ombak menggulungnya bersih.
Kini, terbaring aku di atas batu rindu tertajam.
Menyakitkan, kala disampingku tak lagi ada Si Pencipta Janji.
Biar kutitip cinta pada tiap pasang sayap burung dara. Terbanglah sejauh mungkin, cinta.
Tak sekalipun kubutuh buaian dusta.
Langganan:
Komentar (Atom)