Perempuan ini menatap jauh dari balik jendela. Mata seolah berharap
mampu menangkap satu sosok yang paling ditunggu jiwa. Dulu, ku sebut
laki-lakiku. Kini, kata mantan terselip didepan kata itu.
Sebenarnya aku tahu, tak akan ku dapati yang aku cari. Tapi hati
memaksa untuk tidak berhenti. Sedang logika menyuruhnya tak mendengarkan
hati. Jika begini, hanya dia yang mampu menengahi logika dan hati yang
berkelahi.
Bukan tidak mungkin, mendung yang aku rasa berganti cerah tak
terhingga kala aku lihat yang aku harapkan dari balik jendela berjalan
menemuiku.
Harapan tinggal harapan. Tidak akan jadi kenyataan.
Kamu patut tahu, kehadiranmu mampu menyamai sebuah obat yang
menyembuhkan. Jadi, jika kamu disampingku aku sepertinya perlu menolak
suster yang datang membawa obat-obatan.
Bersamamupun, rebah dalam kamar penyembuhan ini tak akan terasa
bosan. Karena aku tahu, kamu takkan membiarkan aku lepas dari genggaman.
Teruntukmu yang masih kurindukan. Aku sakit, merindukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar