Senin, 06 Oktober 2014

Yang Paling Bahagia

"Apa yang membuatmu merasa jadi yang paling beruntung dan bahagia?"

Minggu pagi. Kita sengaja bermalas diatas tempat tidur hari ini. Kau bilang ingin ditemani. Aku ingin menjadi penurut, jadi ku-iyakan inginmu yg satu ini. . Kau memanggilku dengan manis lalu mengajukan pertanyaan seperti itu. Aku tersenyum. Ku dekatkan lagi tubuhku padamu.

"Sayang, aku merasa paling beruntung kala aku mampu mengawali harimu dengan kecupku didahimu. Seperti ini" lalu aku mengecup dahinya. Ia tertawa kecil. Kuteruskan lagi jawabanku.

"membuatkanmu secangkir kopi tiap pagi. Mencium tanganmu yang kau balas dengan kecupan kecil didahiku saat kau ingin berangkat kekantor. Ah, sudahlah. Aku sudah yang paling bahagia, sayang.

Ia tersenyum lagi, manis sekali. Kali ini ia tak sekedar tersenyum ia memelukku lebih erat lagi.

"O, satu lagi. Bisa menyediakanmu menu-menu favoritmu tiap hari. Pagi siang bahkan malam hari. Aku tahu laki-laki yang satu ini perutnya mudah sekali lapar lagi" kini aku yang tertawa. Meledeknya dengan mengusap-usap perutnya.

"Lalu, apa yang membuatmu bahagia? Aku balik bertanya.

"Sederhana saja, kamu."

"aku?"
"ya, kamu. Apa saja yang kulakukan asal bersamamu, itulah bahagiaku"

Aku terenyuh dalam perkataannya. Aku bahagia memilikinya. Dulu bukankah aku pernah berdoa, tuhan? Kubilang aku ingin sekali ia menjadi imam dalam tiap shalatku, kan? Terimakasih tuhan, karna kini engkau telah mengabulkan.
Hingga kini aku sudah yang paling bahagia saat ini, tuhan.

Lewat dia, hidupku telah engkau sempurnakan. Dengan dia, apa-apa yang kubutuh dalam hidup telah engkau cukupkan.

Ciptaanmu yang satu itu tuhan, adalah yang paling sejatinya kebahaagiaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar