Senin, 06 Oktober 2014

Lirik yang melirih

"Meski raga ini tak lagi milikmu, namun didalam hatiku sungguh engkau hidup... Entah sampai kapan, kutahankan rasa cinta ini..."

Dibait lagu ini air mata seakan tak tertahankan lagi. Sedari awal memutar lagu ini yang terbayangkan jelas hanya satu nama. Nama yang tak pernah lupa utk diingat.
Aku tak tahu bagaimana si pencipta lagu sendu ini bisa menulis yang se-menyentuh hati. Mungkin dulu dia sama seperti aku. Alasanku masihlah sama. Aku memutar lagu ini, jelas aku merindukanmu. Berharap kamu bisa mendengarnya untuk mengerti.


"Jauh dilubuk hatiku. Masih terukir namamu. Jauh didasar jiwaku, engkau masih kekasihku..."


Ya kamu masih kekasihku. Tak peduli berapa mulut yang berkata tolol padaku. Bagiku kau masih kekasihku. Untuk mereka kekasih itu adalah orang yang mencintai mereka dengan dekat dalam dekap. Mereka lupa jika aku berbeda dengan mereka.

Kusebut kau kekasih karna memang kamu ku kasihi. Sepenuh hati. Setengah mati. Aku menyayangi diri yang kini sibuk sendiri.
Aku takpeduli jika kamu tak mencintai. Aku tahu, tak selamanya cinta akan berbalas. Kadang ia bisa diabai dengan begitu jelas.

Katakan, saat ini bagaimana bisa membuka hati untuk orang baru sementara disana ada kenang yang mencekatku. Terlalu takut hingga luka tak berlarut.

Dalam tiap sinar bintang yang merintik aku memanggilmu.

Dalam tiap hembus angin yang berdesir aku kirimkan hangat doaku.

Dalam tiap tetes bening air mata yang tertahan, aku masih mencintaimu.

Ku teruskan senandungku teruntuk kamu. Kini lewat lagu baru namun masih dengan isi yang tentangmu. Sanubari seakan menjerit kala bibir melantunkan tiap bait yang seakan mencabik.

".... And hope that you find the missing piece to bring you back to me. Why? Don't you remember... Don't you remember the reason you loved me before...."

Tuan, Tidakkah kamu ingat?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar